Tuesday, 28 June 2011

ஜ♥KISAH CINTA ALI DAN FATIMAH♥ღ

ஜ♥KISAH CINTA ALI DAN FATIMAH♥ღ

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.

Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.

”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.

Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.

’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan.
Itulah keberanian.
Atau mempersilakan.
Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ”

”Aku?”, tanyanya tak yakin.

”Ya. Engkau wahai saudaraku!”

”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”

”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.

Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”

”Entahlah..”

”Apa maksudmu?”

”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”

”Dasar kamu!!”, kata mereka,

”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.

’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”

Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

Kemudian Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:

“Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4)


Wallahu'alam.............





...ustazpenang...

Kita Sendiri Tidak Tahu.................

 Kita Sendiri Tidak Tahu.................


Dalam hidup kita kena bersedia hadapi apa saja kerana hidup dan ujian adalah rutin biasa..Kita Hamba dan ALLAH akan menguji untuk lihat setianya kita..Moga ALLAH redha...


Hari ini kalau kita diangkat manusia dan dipandang mulia,entah esok kita akan dicerca dan dibuang begitu saja..Kita sendiri tak tahu....


Hari ini kita punya ramai kawan...entah esok bila kita bersedih dan duka,mungkin kita hanya punya sedikit atau tak ada langsung yang nak berkawan....Kita sendiri tak tahu..


Hari ini jika kita datang ofis,ada yg tegur dan ajak kita makan,..entah esok bila kita sampai orang akan lari dari kita seolah olah kita langsung tak berguna.....Kita sendiri tak tahu...


Hari ini jika bergelar jutawan dan berharta,orang mungkin hargai tiap yg kita lakukan...tp bila esok,saat kita bergelar papa kedana,semua orang herdik dan menjauh diri...Kita sendiri tak tahu...


Hari ini ada orang suka dengan kita...tp mungkin esok akan ada orang yg benci dengan kita...Kita sendiri tak tahu..


...hari ini dah 25 Rejab, aku bertekad untuk mengiringimu dan berjumpa Syaaban sementara menunggu Ramadhan......Ya ALLAH berilah sy dan semua peluang bertemu Ramadhan.....


Wallahu'alam............





...ustazpenang...

Monday, 27 June 2011

Kasih Allah S.W.T ........

Kasih Allah S.W.T ........

Sahabat sesungguhnya tidakkah kalian tahu bahawa Allah itu Maha Penyayang. Sifat penyayangnya begitu besar. Buktinya dikurniakan kita pelbagai nikmat sehinggakan kita sendiri tidak terhitung akan nikmatnya.

Namun, kita sebagai hamba Allah sering leka akan hal ini.
Apabila kita diberikan ujian, kita dengan mudah mengatakan Allah itu kejam. Sedangkan kita tidak tahu,diberikannya ujian pada kita untuk menguji siapa yang paling beriman antara kita.Sesungguhnya Allah tidak menguji hambanya melainkan apa yang termampu untuk ditanggungi oleh hambanya sendiri. Hal ini saja mebuktikan Allah itu tidak kejam seperti yang dituduh oleh hamba yang tidak mahu menggunakan nikmat akal yang dianugerahkan olehnya untuk berfikir akan hikmahnya diberikan ujian.

Sahabat, tidakkah kalian tahu bahawa Allah itu Maha Pengampun sesugguhnya. Allah S.W.T dengan begitu mudah memaafkan hambanya yang banyak melakukan kesalahan terhadapnya. Dia yang melahirkan dalam diri hambanya sifat untuk saling memaafi, maka mengapakah kita tidak percaya bahawa Allah itu Maha Pengampun.

Dan jika kalian percaya mengapa apabila engkau telah jauh tersasar dari jalannya mengapa mudah saja kalian berputus asa dari rahmatnya? Apakah tidak ada keyakinan dalam dirimu akan sifat Ghaffar-Nya. Disini ingin saya coretkan satu kisah yang akan membuatkan kamu tidak bisa lagi menafikan  bahawa Allah itu Maha penyayang lagi Maha Pengampun.

Diceritakan bahawa seseorang telah diperintahkan masuk ke dalam neraka.Setelah sepertiga perjalanan, dia menoleh kebelakang sambil meneruskan perjalanan.Setelah separuh perjalanan, dia menoleh lagi dan melakukan lagi perkara yang serupa setelah dua pertiga perjalanan,
Lalu Allah S.W.T berfirman,"Bawa kembali orang itu ke sini!" Allah S.W.T bertanya,"Mengapa engkau menoleh sampai tiga kali? "Lalu orang itu menjawab,"Setelah aku sampai sepertiga perjalanan,aku teringat akan firman-Mu:"Dan tuhanmu Maha Pengampun lagi penuh rahmat"(Al Kahfi 18: 58).

Oleh kerana teringat akan firman Allah inilah maka dia menoleh dengan penuh pengharapan agar bisa mendapat keampunan dan rahmat-Mu.

Setelah orang itu sampai ke dua pertiga perjalanan,orang itu teringat pula  akan firman-Allah" Katakan,hai hamba-hamba Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah"(Al-Zumar 39: 53).Maka semakin bertambahlah harapanku untuk mendapatkan maghfirah dan rahmat-Mu!" Allah S.W.T kemudian berfirman,"Pergilah engkau, sesungguhnya Aku telah mengampunimu!"

FIRMAN ALLAH S.W.T :
"DAN SE
SIAPA YANG MENGERJAKAN KEJAHATAN ATAU MENGANIAYA DIRINYA,KEMUDIAN DIA MEMOHON AMPUN KEPADA ALLAH,TENTU DIA MENDAPATI BAHAWA ALLAH ITU MAHA PENGAMPUN LAGI MAHA PENYAYANG".      
   
Berdasarkan kisah yang di atas benarkan apa yang telah saya katakan, bahawa Allah itu sememangnya Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Dengan mengetahui hal ini janganlah kita sesekali berputus asa dari rahmatnya.

 Walau sebesar manapun dosa yang telah kita lakukan walau sejauh manapun kita tersasar dari jalan kebenaran kta tidak boleh berputus asa mengharap keampunannya.Malah kita harus berterusan berdoa agar kelak kita akan diampuni oleh-Nya dan bertaubatlah atas dosa yang kita lakukan,kerana Allah juga Maha Penerima Taubat.

Wallahu'alam...........





...ustazpenang...

Mengakui Kekurangan Diri...

Mengakui Kekurangan Diri...

Awal malapetaka dan kehancuran seseorang terjadi ketika penyakit sombong dan merasa diri paling benar bersemayam dalam hatinya. Inilah sifat yang melekat pada iblis. Sifat inilah yang berusaha ditransfer iblis kepada manusia yang bersedia menjadi sekutunya.

Sifat ini ditandai dengan ketidaksiapan untuk menerima kebenaran yang datang dari pihak lain; keengganan melakukan introspeksi (muhasabah); serta sibuk melihat aib dan kesalahan orang lain tanpa mau melihat aib dan kekurangan diri sendiri.

Padahal, kebaikan hanya bisa terwujud manakala seseorang bersikap rendah hati (tawadu); mau menyadari dan mengakui kekurangan diri; melakukan introspeksi; serta siap menerima kebenaran dari siapa pun dan dari mana pun. Sikap seperti ini sebagaimana dicontohkan oleh orang-orang mulia dari para nabi dan rasul.

Nabi Adam AS dan Siti Hawa saat melakukan kesalahan dengan melanggar larangan Tuhan, alih-alih sibuk menyalahkan iblis yang telah menggoda dan memberikan janji dusta, mereka malah langsung bersimpuh mengakui segala kealpaan seraya berkata, "Ya, Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS Al-A'raf [7]: 23).

Demikian pula dengan Nabi Yunus AS saat berada dalam gelapnya perut ikan di tengah lautan. Ia tidak menyalahkan siapa pun, kecuali dirinya sendiri, seraya terus bertasbih menyucikan Tuhan-Nya. Ia berkata, "Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesunguhnya, aku termasuk orang-orang yang zalim." (QS Al-Anbiya [21]: 87).
Bahkan, Nabi Muhammad SAW selalu membaca istigfar dan meminta ampunan kepada Allah SWT sebagai bentuk kesadaran yang paling tinggi bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Karena itu, ia harus selalu melakukan introspeksi. Beliau bersabda, "Wahai, manusia, bertobatlah dan mintalah ampunan kepada-Nya. Sebab, aku bertobat sehari semalam sebanyak seratus kali." (HR Muslim).

Begitulah sikap arif para nabi yang patut dijadikan teladan. Mereka tidak merasa diri mereka sudah sempurna, bersih, dan suci. Allah SWT berfirman, "Janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui orang yang bertakwa." (QS Annajm [53]: 32).

Karena itu, daripada mengarahkan telunjuk kepada orang, lebih baik mengarahkan telunjuk kepada diri sendiri. Daripada sibuk melihat aib orang, alangkah bijaknya kalau kita sibuk melihat aib sendiri. Dalam Musnad Anas ibn Malik RA, Nabi SAW bersabda, "Beruntunglah orang yang sibuk melihat aib dirinya sehingga tidak sibuk dengan aib orang lain."

Wallahu'alam.............





...ustazpenang...

Beribadahlah Sepanjang Rejab dan Syaaban...

Beribadahlah Sepanjang Rejab dan Syaaban...

Rejab dan Syaaban merupakan antara bulan yang cukup istimewa dalam takwim Hijrah. Ketika ini ramai yang berpusu-pusu mengerjakan ibadah malam. Antara tujuannya adalah untuk meraih keredaan dan rahmat dari Allah SWT.

Namun sayangnya, ada antara segelintir umat Islam yang kurang arif tentang apa sebenarnya yang membuatkan bulan ketujuh dan kelapan dalam kelendar Islam ini amat istimewa. Menurut Prof Madya Dr Nik Mohd Rosdi Nik Ahmad, keunikan Rejab terletak pada kejadian Isra' Mikraj yang berlaku pada bulan tersebut. Sementara Syaaban pula sudah tentu pada Nisfu Syaabannya.

"Isra' Mikraj berlaku pada 27 Rejab. Pada bulan tersebut, Rasulullah SAW kehilangan ramai orang tersayang. Ini menyebabkan baginda berdukacita. Jadi bagi menghilangkan kesedihan di hati nabi, Dia menjemputnya datang berjumpa dengan-Nya. Ini membuatkan rasa sedih itu terhenti," terang Prof Madya Dr Nik Mohd Rosdi.

Dalam peristiwa Isra' Mikraj, Jibril membawa Rasulullah SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestin dan kemudian ke Sidratul Muntaha dengan menunggang Buraq. Hal ini diceritakan oleh Allah menerusi firman-Nya dalam surah Al Israak ayat 1 yang bermaksud: "Maha Suci (Tuhan) yang memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke masjid yang amat jauh (Batul-makdis), yang telah kami berkati sekelilingnya, supaya Kami perlihatkan kepadanya sebahagian ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Kami."

Sambung Prof Madya Dr Nik Mohd Rosdi, kejadian Isra' Mikraj tidak boleh dilihat berdasarkan zahir memandangkan rahsianya yang sukar untuk dibongkar. Namun, jika ditinjau dari sudut simbolik, sudah tentu ia memberikan begitu banyak pengetahuan dan pengajaran yang berguna khususnya buat umat Islam. Tegas beliau lanjut, peristiwa tersebut membabitkan dua bentuk perjalanan iaitu dari bumi ke bumi dan bumi ke langit. Isra' adalah merujuk kepada perjalanan pada waktu malam, manakala mikraj berjalan ke atas langit.

Wallahu'alam.............





...ustazpenang...

Sunday, 26 June 2011

Bila Lelaki Kehilangan Tulang Rusuknya........

Bila Lelaki Kehilangan Tulang Rusuknya........

WANITA: Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?

LELAKI: Kamu!!!

WANITA: Menurut kamu, saya ini siapa?

LELAKI: (Berfikir sejenak, lalu menatap WANITA dengan pasti) Kamu, tulang rusukku.

Kerana Allah melihat bahawa Adam kesepian. Saat Adam sedang lena tidur, Allah mengambil rusuk Adam dan menciptakan Hawa. Semua LELAKI mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hatinya...

Setelah berkahwin, pasangan itu mengalami masa yang indah dan manis untuk sementara. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kelelahan hidup yang ada. Hidup mereka menjadi membosankan.

Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari pada akhir sebuah pertengkaran WANITA lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak "Kamu tidak cintakan saya lagi!!!".

LELAKI sangat membenci ketidakdewasaan WANITA dan secara spontan juga berteriak "Saya menyesali perkahwinan ini! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!!!"

Tiba-tiba WANITA terdiam, dan berdiri kaku untuk beberapa saat.

LELAKI menyesali akan apa yang sudah dia lafazkan, tetapi seperti air yang telah tertumpah tidak mungkin untuk diceduk kembali. Dengan berlinang air mata, WANITA kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. "Kalau saya bukan tulang rusukmu, biarkan saya pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing".

Lima tahun berlalu. LELAKI masih belum lagi berkahwin, tetapi berusaha mencari khabar akan kehidupan WANITA. WANITA pernah ke luar negeri tetapi sudah kembali. Dia pernah berkahwin dengan seorang asing dan bercerai.

LELAKI agak kecewa bila mengetahui WANITA tidak menunggu, sepertinya.
Dan di tengah malam yang sunyi, dia meminum kopinya dan merasakan sakit di
hatinya. Tetapi LELAKI tidak sanggup mengakui bahawa dia merindukan WANITA.
Suatu hari, mereka akhirnya bertemu kembali. Di airport, tempat di mana banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas.

LELAKI: Apa khabar?

WANITA: Baik... Kamu sudah menemui tulang rusukmu yang hilang?

LELAKI: Belum.

WANITA: Saya akan terbang ke New York dengan penerbangan berikut. Saya akan kembali 2 minggu lagi. Telefon saya kalau kamu berkesempatan. Kamu tahu nombor telepon saya kan ? Tidak ada yang berubah.

WANITA tersenyum manis, berlalu di hujung lafaz "Selamat tinggal.."

Satu minggu kemudian, LELAKI menerima khabar WANITA adalah salah seorang korban Menara WTC. Malam itu, sekali lagi, LELAKI meneguk kopinya dan kembali merasakan sakit dihatinya. Akhirnya dia sedar bahwa sakit itu adalah kerana WANITA, tulang rusuknya sendiri yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

Kita menempiaskan 99% kemarahan walau kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya adalah penyesalan. Seringkali penyesalan itu datang dikemudiannya, akibatnya setelah kita menyedari kesalahan kita, semua sudah terlambat...

Kerana itu, jagalah dan sayangilah orang yang dicintai dengan sepenuh hati... Sebelum mengucapkan sesuatu berfikirlah dahulu, apakah kata-kata yang kau ucapkan akan menyakiti orang yang dicintai? Kira merasakan akan menyakitinya, sebaiknya jangan pernah dilafazkan. Kerana semakin besar risiko untuk kehilangan orang yang dicintai.

Jadi berfikirlah, apakah kata-kata yang akan dilafazkan sebanding dengan akibat yang akan diterima??


Wallahu'alam............










...ustazpenang...

Wanita Bukan Sekadar Hiasan Dunia............

Wanita Bukan Sekadar Hiasan Dunia............

Wanita hadir atas nama cinta. Ya, cinta yang paling agung adalah datangnya dari Ilahi. Bagaimana Allah memurnikan kewujudan wanita bukan sekadar hiasan dunia. Hawa, adalah wanita pertama yang diciptakan atas dasar cinta Allah kepada Adam. Setelah melalui beberapa frasa kehidupan dan sejarah, tidak dapat digambarkan betapa Allah sentiasa kagum dengan kehebatan cinta seorang wanita.

Namun, zaman berzaman yang dilalui turut menyaksikan betapa manusia meletakkan darjat seorang wanita di tahap yang paling bawah. Anak perempuan dibunuh, golongan wanita pula dijadikan perkakas. Sehinggalah Islam yang diturunkan melalui Rasulullah SAW, hadir memurnikan kedudukan wanita. Golongan Hawa ini diangkat sehingga menjadi tinggi martabatnya dalam Islam.

Memang benar, pernah dikatakan Rasulullah bahawa antara golongan yang paling ramai memasuki neraka adalah wanita. Namun, jangan dilupakan bahawa mereka juga mudah untuk memasuki syurga. Bagaimanapun, hari ini ramai golongan wanita kurang menyedari kemuliaan kedudukan mereka di sisi agama. Larangan dan perintah, bukanlah untuk menyusahkan mereka, tetapi di situlah letaknya murni seorang wanita. Bagaimanapun, sedarkah mereka bahawa fitnah turut hadir bersama-samanya???


Wallahu'alam..............






...ustazpenang...