Thursday, 18 August 2011

Kisah Cinta dan Waktu

Kisah Cinta dan Waktu

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai
macam benda-benda abstrak. Ada Cinta,
Kesedihan,Kekayaan, Kegembiraan, dan
sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan
baik.

Namun suatu ketika, datang badai menghempas
pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan
menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni
pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.
Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat
berenang dan tak mempunyai perahu.

Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari
pertolongan. Sementara itu air makin naik
membasahi kaki Cinta. Tak lama Cinta melihat
Kekayaan sedang mengayuh perahu. “Kekayaan!
Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta. “Aduh! Maaf,
Cinta!” kata Kekayaan, “perahuku telah penuh
dengan harta bendaku. Aku tak dapat
membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam.
Lagi pula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku
ini.” Lalu Kakayaan cepat-cepat mengayuh
perahunya pergi.

Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya
Kegembiraan lewat dengan
perahunya. “Kegembiraan! Tolong aku!” teriak
Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena
ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar
teriakan Cinta. Air makin tinggi membasahi Cinta
sampai ke pinggang dan Cinta semakin panik. Tak
lama lewatlah Kecantikan.

“Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!” teriak
Cinta. “Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku
tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori
perahuku yang indah ini,” sahut Kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai
menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah
Kesedihan. “Oh, Kesedihan, bawalah aku
bersamamu,” kata Cinta. “Maaf, Cinta. Aku
sedang sedih dan aku ingin sendirian saja,” jawab
Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.
Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan
akan menenggelamkannya.

Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar
suara, “Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!” Cinta
menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua
dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke
perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.
Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta
dan segera pergi lagi. Pada saat itu barulah Cinta
sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui
siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta
segera menanyakannya kepada seorang penduduk
tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.

“Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu,” kata
orang itu. “Tapi, mengapa ia menyelamatkanku?
Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang
mengenalku pun enggan menolongku,” tanya Cinta
heran.

“Sebab,” kata orang itu, “hanya Waktu-lah yang
tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu.”

Wallahu'alam...........




...ustazpenang...



No comments:

Post a Comment